Skip to content

MESJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEH

 

Berkunjung ke Aceh, Salah satu provinsi paling barat Indonesia tidak elok rasanya kalau belum mengunjungi salah satu ikon Provinsi Aceh yaitu mesjid raya baiturrahman. Mesjid ini menjadi saksi bisu dari beberapa generasi kehidupan di Aceh seperti pada jaman perang melawan kolonial belanda, konflik aceh dan terakhir mesjid ini juga menjadi saksi sejarah kedahsyatan Gelombang Tsunami yang menghantam Aceh pada 26 desember 2004.

Terletak di tengah kota mesjid raya baiturrahman memiliki daya tarik yang luar biasa. Sisi relijius dan juga histori sangat jelas terpancar dari mesjid ini. Jenderal Kohler, pemimpin pasukan Belanda di Aceh juga tewas di pekarangan mesjid raya ketika berperang melawan pejuang Aceh.

baiturrahmanmosquebandaaceh
                                                 Mesjid Raya di Zaman Kolonial

Menurut sejarah, Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M. Mesjid raya ini memang pertama kali dibangun oleh pemerintahan Sultan Iskandar Muda, namun telah terbakar habis pada agresi tentara Belanda   kedua pada bulan shafar 1290/April 1873 M, dimana dalam peristiwa tersebut tewas Mayjen Khohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang dekat pintu masuk sebelah utara mesjid.

Situs Tempat Jendral Kohler Tewas
Situs Tempat Jendral Kohler Tewas

Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten, maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu. Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala Negeri sekitar Banda Aceh. Dimana disimpulkan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya hanya sebuah saja.

Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman ini diperluas bahagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Dan pada tahun 1975 M terjadinya perluasan kembali. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M. Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayt Al-Qur’an dari bahan kuningan, bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.

Dan pada tahun 1991 M, dimasa Gubernur Ibrahim Hasan terjadi perluasan kembali yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi penambahan dua kubah, bagian lantai masjid tempat shalat, ruang perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal sekolah. Sedangkan. perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret.

Mesjid Raya Baiturrahman di Malam Hari (foto diambil dari menara mesjid)
Mesjid Raya Baiturrahman di Malam Hari (foto diambil dari menara mesjid)

Dilihat dari sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid Raya ini mempunyai berbagai fungsi selain shalat, yaitu tempat mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Besar Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Qur’an (yang terakhir MTQ Telkom-Telkomsel Nasional dan Haflah Al Quran), tempat berteduh bagi warga kota serta para pendatang, salah satu obyek wisata Islami.

Melewati beberapa generasi dan kejadian sejarah menjadikan Mesjid Raya Baiturrahman merupakan ikon Aceh yang tak bisa dipisahkan dengan kultur dan Budaya masyarakat Aceh. Sudah menjadi ciri khas bahwa berkunjung ke Aceh wajib singgah ke Mesjid Raya Baiturrahman.

*10 Maret 2013, di Depan Menara Mesjid Raya Banda Aceh