Kehadiran Ustadz Abdul Somad bersama Habib Novel Alaydrus disambut bahagia ribuan santri di Dayah Markaz Al Aziziyah, Lhung Banda Aceh, Selasa (26/12/2017).
Gemuruh salawat dan takbir mengiringi keduanya saat turun dari mobil. Sebab, kedatangan mereka memang sudah dinanti ribuan santri.
Di perkarangan pesantren, tampak sebuah panggung dan pelaminan laiknya untuk sepasang pengantin. Panggung tersebut dipersiapkan untuk kedua ulama tersebut yang hendak ditepung tawari yang menjadi ciri khas masyarakat Aceh saat menyambut tamu.
Di depan panggung di pisah menjadi dua pembatas, sisi kiri untuk laki-laki dan kanan kaum wanita. Tidak hanya itu, kedatangan keduanya juga disematkan pakaian adat khas Aceh dan kopiah Meukeutop.
Habid Novel Alaydrus mengenakan baju hitam bervariasi dengan manik-manik warna putih. Sementara Ustadz Abdul Somad baju hitam dipadu dengan songket dan kopiah Meukeutop warna merah.
Sesaat setelah keduanya melangsungkan konferensi pers bersama sejumlah wartawan, dari arah luar ruangan suara takbir para santri menggema. Suara dentuman rebana mengiringi langkah mereka menuju ke atas pelaminan.
“Belum pernah saya memakai pakaian seperti ini, apalagi duduk di sana (pelaminan),” ujar Habib Novel, membuat seluruh santri dan warga tertawa saat menyaksikannya.
Dalam rangka memperingati 13 tahun tsunami Aceh, di depan hadapan para santri dan warga Habib mengajak seluruhnya untuk berdoa kepada para syuhada yang telah meninggal dunia.
“Syuhada terbesar itu ada di Aceh,” katanya.
Sementara itu, dalam ceramah singkatnya , Habib juga mengajak seluruh masyarakat untuk mencintai ulama. “Ulama itu harus dicintai. Nah, yang repot akhir zaman ini kurang mendidik anak kita untuk mencintai ulama,” katanya.
Di samping itu, penceramah kondang asal Pekan Baru, Riau, Ustadz Abdul Somad mengaku sangat bahagia bisa kembali hadir di Tanoh Rencong. Saat dirinya merasa di usir ketika berada di Hong Kong hikmah di balik itu, dirinya diizinkan kembali ke negeri Serambi Makkah
“Ketika hanya 30 menit berada di Hong Kong, lalu saya kembali ke Indonesia, Allah membalas dengan mendatangkan saya kemari. Belum pernah saya sebahagia ini. Dingin hati saya ketika tiba di Aceh apalagi setelah di tepung tawari (peusijuk) dingin hati saya,” sontak seluruh jamaah yang hadir tertawa.
Ustadz Abdul Somad menyampaikan, peringatan 13 tahun tsunami Aceh merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Musibah yang terjadi 13 tahun lalu mengingatkan manusia untuk kembali kepada Allah.
“Musibah itu adalah peringatan bagi kita semua, dan acara ini sangat bermanfaat bagi kita semua jika tidak, maka akan menjadi butiran debu yang sia-sia,” ujarnya.
No comment yet, add your voice below!