Siapa yang tak kenal Masjid raya Baiturrahman ? yang menjadi ikon kota Banda Aceh. Bangunan memiliki sejarah yang kental baik itu pasca Tsunami, maupun sebelum Tsunami yang hingga kini masih berdiri kokoh di Serambi Mekkah ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin membagi tentang bangunan bersejarah di beberapa tempat selain masjid raya Baiturrahman. Langsung saja…..
- Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra yang berlokasi di desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar. Merupakan peninggalan kerajaan Hindu pertama di Aceh. Benteng ini dibangun oleh Putra Raja Harsa dari kerajaan Lamuri pada abad ke-7 Masehi.bentuk bentengterlihat sangat besar, tersusun atas batu-batu gunung dengan ketebalan hampir 2 m. batu gunung ini direkatkan oleh lem perekat yaitu, campuran kapur, tanah liat, putih telur, dan tumbukan kulit kerang. Bentreng ini terlihat kokoh dan ampuh dijadikan sebagai pertahanan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam menghadapi armada Portugis.
Selain itu benteng ini juga digunakan untuk peribadatan umat Hindu. Di setiap sisi benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai ruangan pengintai musuh. Jarak tempuh untuk mencapai ke benteng ini kurang lebih 19 kilometer, tidak ada ngkutan khusus jika ingin mengunjunginya.
- Replika Pesawat RI-001
Pesawat angkut pertama Indonesia yang berjasa dalam mewujudkan kemerdekaan negeri ini. Replika pesawat ini berlokasi di Blang Padang, pesawat yang diberi nama Seulawah atau gunung emas merupakan cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan. Pesawat ini ialah hasil sumbangan rakyat Aceh atas permintaan Soekarno. Pada oktober 1948 Indonesia membeli pesawat jenis Dakota DC-3 melalui Singapura, oleh perwira penerbangan Wiweko Soepono yang akhirnya menjadi Direktur Utama garuda. Dengan nomor registrasi RI-001 Seulawah, inilah pesawat angkut pertama milik Indonesia dan cikal bakal berdirinya Indonesian Airwasy yang saat itu berkantor di Burma (Myanmar).
Pada awal beroperasinya pesawat ini, menjadi penghubung antara pulau Sumatera dan Jawa yang mengangkut obat-obatan dari India dan Burma. Pesawat ini juga diceritakan berhasil menyelundupkan persenjataan dan perangkat lainnya dari Burma untuk melawan belanda dan mampu menembus blockade-blokade kolonial Belanda. Pesawat RI-001 melakukan penerbangan di malam hari dimana saat itu para pemuda Aceh membakar daun kelapa kering untuk memberikan tanda bahwa landasan telah siap untuk menerima pendaratan pesawat RI-001 ini.
Landasan terbang pesawat ini di Lhok nga dan juga lapangan Blang Padang. Pada tahun 1949 pesawat ini tidak diizinkan kembali ke Indonesia sehingga pesawat itu tertahan di Burma, yang kemudian pemerintah Myanmar menyewa pesawat tersebut untuk dijadikan alat angkut negara tersebut mulai dari sanalah RI-001 Seulawah dikomersilkan. Pada saat Myanmar mengalami gejolak pemberontakan RI-001 ikut digunakan untuk operasi militer negara tersebut.
Oleh sebab itu, untuk mengenang jasa rakyat Aceh maka dibangunlah replika RI-001 di lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
- Gedung sentral Telepon
Menurut sejarah gedung sentral telepon ini dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Daudsyah (1874-1903). Tepat dibagian atas banguna dekat ventilasi terdapat tulisan yaitu 1903 yang diyakini sebagai tahun gedung ini didirikan. Bangunan ini merupakan pusat telepon militer Belanda pada masa perang melawan Aceh. Jaringan teleponnya dapat menembus berbagai kota seperti, Ulee lhe, Sabang, Lamno, Meulaboh, seulimum, Sigli, bireun hingga beberapa kota di Sumtera Utara. Banguna persegi delapan ini sangat kental dengan unsur colonial, bisa terlihat jelas dari pinti dan jendela yang berukuran besar. Setelah Belanda gagal menaklukan Aceh, Jepang masuk dan bangunan ini tetap digunakan. Bangunan ini sempat juga dijadikan kantor telepon kodam I Iskandar Muda.
- Tugu Proklamasi
Tugu Proklamasi ini tepat berada di Taman Sari Banda Aceh. Setiap akhir pecan banyak warga yang berkunjung ke taman ini. Dahulunya tugu ini dibangun di depan kantor walikota Banda Aceh tepat berada langsung di sebelah kiri Masjid Raya Baiturrahman. Di tempat ini mengurai peristiwa bersejarah bagi masyarakat Aceh, yaitu pernah berdirinya Hotel Aceh tempat Presiden Soekarno menginap pada tanggal 16 juni 1948 dan bertemunya penguasa-penguasa Aceh pada masa itu.
- Masjid Tuha Indrapuri
Masjid Tuha Indrapuri dibangun pada abad ke-10 Masehi. Perkiraan sementara bangunan ini ialah peninggalan kerajaan Poli/Puri yang kemudian disebut juga dengan kerajaan Lamuri oleh orang Arab. Masjid ini merupakan tempat penobatan Sultan Aceh yang terakhir, Tuanku Muhammad Daudsyah pada tahun 1978, masjid tersebut juga digunakan sebgai benteng pertahanan melawan belanda pada masa Sultan Iskandar Muda. Masjid Tuha Indrapuri memiliki konstruksi yang sama dengan bangunan masjid Tuha lainnya di Indonesia yang membedakan masjid ini ialah, masjid ini berada tepat diatas bekas bangunan Candi.
Di dalam masjid tersebut terdapat 36 buah tiang yang menjulang keatas dan 36 buah umpak yang terbuat dari batu kali. Masjid ini telah beberapa la;I di renovasi, maka tidak heran jika bnyak yang berubah, lantai yang sudah menjadi keramik dan atap yang dulunya hijau kini berubah menjadi merah.
- Pinto Khop
Tak jauh dari lokasi Masjid raya Baiturrahman dan taman sari gunongan Jl. Nyak Kamil, no 1 Banda Aceh. Pinto Khop adalah salah satu peninggalan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16. Cagar budaya ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda dengan maksud sebagai pintu penghubung antara taman sari Gunongan yang terletak di bagian belakang halaman. Pintu khop ini juga merupakan tempat peristirahatan Putri Phang setelah ia berenang, disinilah dayang-dayang membasuh rambut putri. Disana juga terdapat kolam pemandian yang bertabur bunga untuk permaisuri.Pintu Khop terbuat dari bebatuan dan kapur, dan terdapat rongga sebagai pintu dan langit-langit yang menyerupai busur.
- Taman Sari Gunongan
Sama halnya dengan Pinto Khop, Taman Sari Gunongan ini dibangun oleh Sultan Raja Iskandar Muda. Taman ini dibangun khusus sebagai hadiah bagi permaisuri yaitu Putri Pahang (Putroe Phang) pengobat rindu akan kampung halamannya. Putroe Phang adalah seorang putri yang berasasl dari Pahang, salah satu negeri yang pernah ditaklukan oleh Sultan Iskandar Muda.
Pintu masuk taman sari gunongan ini terdapat pada sisi selatan, ukuran pintu masuk sangat rendah sehingga kita harus membungkuk ketika ingin memasukinya, yang memiliki ungkapan perasan hormat apabila hendak bertamu.
Pada sisi utara Gunongan terdapat bangunan segi empat, bangunan ini berfungsi sebagai makam. Di dalam bangunan inilah dimakamkannya Sultan Iskandar Muda (1639-1641 M). Tinggi bangunan ini sekitar 2 meter, dikelilingi oleh tembok dengan ketebalan 45cm, panjang 18 meter, dan tinggi 4 meter.
Di depan sebelah kiri gunongan ini juga terdapat batu peterana, batu peterana merupakan batu berukir yang digunakan untuk keramas. Dengan diameter 1 m dan tingi 0,50 m. Objek wisata ini dapat dikunjungi antara pukul 8.30am – 18.35pm di setiap harinya.